Mencari pekerjaan memang bukanlah suatu hal yang mudah. Apalagi sejak pandemi, banyak perusahaan yang gulung tikar dan berakibat pada pemutusan kerja besar-besaran. Banyak orang semakin kesulitan mendapatkan pekerjaan yang tepat dan layak. Hal ini juga semakin didukung dengan digitalisasi yang memengaruhi terjadinya talent shortage.
Fenomena talent shortage ini tak hanya menjadi tantangan bagi para pencari kerja, namun juga bagi banyak perusahaan yang masih mampu bertahan saat pandemi menyerang. Bahkan fenomena ini terjadi tak hanya di Indonesia, tapi juga di berbagai negara lain di dunia. Apabila tidak mempersiapkan diri dengan baik, maka fenomena ini akan terus bertahan dan mencari pekerjaan menjadi lebih sulit. Seperti apa itu fenomena talent shortage? Mari cari tahu di sini!
Apa Itu Talent Shortage?
Talent shortage merupakan sebuah fenomena di mana perusahaan tidak bisa menemukan talent yang berkualitas. Artinya, banyak orang tidak memenuhi persyaratan yang dibutuhkan perusahaan ketika mereka membuka lowongan pekerjaan. Fenomena talent shortage ini bahkan sudah dirasakan jauh sebelum pandemi terjadi. Penelitian tentang munculnya talent shortage sudah ada sejak 2014 lalu.
Banyak perusahaan akhirnya mempertahankan talent yang tepat selama bertahun-tahun karena tidak bisa mendapatkan pengganti yang cocok. Skill mismatch merupakan salah satu faktor yang meningkatkan fenomena ini.
Misalnya saja, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang keuangan membuka lowongan bagi mereka yang memahami ilmu akuntansi. Namun, pada praktiknya, orang-orang dari jurusan lain seperti teknik, misalnya, juga ikut melamar pekerjaan di sana. Padahal, mereka tidak memiliki skill dasar akuntansi yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Apa Penyebab Talent Shortage?
Sebenarnya, penyebab fenomena talent shortage bisa beragam. Apalagi, hal ini sudah terjadi sejak fluktuasi pasar besar-besaran beberapa tahun silam. Penelitian terkait menelaah bahwa penyebab talent shortage bisa berbeda berdasarkan wilayah geografi dan industri.
Banyak pengamat menilai bahwa pasca-pandemi, muncul beberapa penyebab talent shortage lainnya seperti kelelahan dan depresi tenaga kerja, pensiun dini, serta penundaan sekolah atau waktu kelulusan oleh banyak orang, sehingga pencarian talent semakin sulit. Beberapa hal tersebut merupakan penyebab talent shortage jangka pendek, namun harus diingat bahwa ada pula penyebab yang sudah terjadi selama bertahun-tahun.
Salah satunya adalah tuntutan industri yang harus fleksibel terhadap perkembangan zaman. Di era digitalisasi ini, banyak perusahaan dituntut untuk bisa relevan dengan masa kini. Artinya, banyak industri mulai beralih memanfaatkan teknologi sehingga mereka akan membutuhkan talent yang sesuai dan melek teknologi. Padahal, masih banyak calon pekerja yang kurang memahami perkembangan dan kecanggihan teknologi saat ini.
Baca Juga: Faktor Milenial dan Gen Z Tolak Jadi PNS
Indonesia Tidak Lepas dari Fenomena Talent Shortage
Fenomena talent shortage tidak hanya terjadi di Indonesia. Hal ini sudah dirasakan terlebih dahulu di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa seperti Hongaria dan Swedia. Di Asia sendiri, Jepang juga sudah merasakan dampak dari adanya fenomena talent shortage ini. Bahkan, Jepang sempat menjadi negara tertinggi yang mengalami talent shortage akibat pertumbuhan ekonomi yang sempat melemah.
Sedangkan di Amerika Serikat, setidaknya terjadi kenaikan lowongan pekerjaan yang kosong sebanyak 10,5 juta posisi dibandingkan dengan beberapa dekade terakhir yang hanya mencatat sekitar 3,8 juta lowongan pekerjaan terbuka. Penelitian bahkan memperkirakan pada 2030, akan ada sekitar 2,1 juta posisi yang tak bisa diisi oleh talent di Amerika Serikat untuk bidang manufaktur saja.
Kunci Keberhasilan di Tengah Fenomena Talent Shortage
Memahami bahwa tingkat talent shortage terus meningkat dari tahun ke tahun, banyak perusahaan sebenarnya sudah melakukan antisipasi dengan beberapa langkah, di antaranya adalah menciptakan talent pool yang mandiri serta bekerja sama dengan perguruan tinggi dan layanan pencari pekerja untuk membangun jalur pelatihan yang terkhususkan.
Sebagai pencari kerja, hal-hal tersebut bisa dimanfaatkan. Artinya, job seeker perlu mempertimbangkan untuk mengikuti pelatihan tertentu agar bisa meningkatkan kesempatan untuk diterima ketika lowongan pekerjaan terbuka. Misalnya, perguruan tinggi akan menawarkan pelatihan khusus bersama dengan perusahaan yang sudah bermitra dengan mereka agar nantinya para lulusan bisa langsung bekerja di perusahaan tersebut.
Job seeker bisa memanfaatkan fasilitas ini bila memang tersedia di perguruan tinggi mereka. Selain itu, job seeker juga harus bisa fleksibel dengan perkembangan zaman. Perkaya ilmu pengetahuan yang sudah dimiliki agar terus relevan dengan perubahan di industri terkait. Misalnya, saat ini industri kesehatan sudah merambah ke penggunaan teknologi digital, maka calon pekerja di industri kesehatan juga harus memperkaya pengetahuan digital mereka.
Baca Juga: Gig Economy adalah Cara Baru Memperoleh Cuan
Mencari talent yang tepat merupakan bagian dari strategi untuk memperkuat strategi bisnis. Semakin baik talent yang dimiliki perusahaan, maka perusahaan tersebut juga bisa berkembang lebih baik. Tak perlu khawatir jika saat ini Anda membutuhkan tim yang andal dalam menangani manajemen perusahaan termasuk manajemen organisasi dan SDM. Anda bisa menggunakan layanan konsultan manajemen dari Skha sebagai solusi permasalahan bisnis Anda. Kunjungi laman layanan kami untuk mempelajari ragam layanan yang tersedia.
Reference :
https://www.jtanzilco.com/blog/detail/1158/slug/menyikapi-fenomena-talent-shortage
https://trainingmag.com/what-is-really-causing-todays-extreme-talent-shortage/https://trainingmag.com/what-is-really-causing-todays-extreme-talent-shortage/
https://hbr.org/sponsored/2022/02/to-overcome-talent-shortages-many-companies-are-creating-their-own-recruitment-pipelines#:~:text=America’s%20talent%20shortage%20has%20reached,3.8%20million%20a%20decade%20ago